Pada waktu itu, ketika usia Nabi Ismail menginjak kira² 7 tahun (ada
pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi
Ibrahim ﷺ bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu)
untuk menyembelih putramu!”
Maka, pagi harinya beliau pun
berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari
Allah ﷻ atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Pada malam tanggal 9 Dzulhijjah, beliau bermimpi dengan mimpi yg sama
seperti sebelumnya. Maka, pagi harinya beliau tahu dengan yakin bahwa
mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah tanggal 9 Dzulhijjah
disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula
waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya
lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang sama. Maka, keesokan harinya,
beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena
itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr).
درة الناصحين فى الوعظ والإرشاد للشيخ عثمان بن حسن بن أحمد بن الشاكر الخوبرى.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar